Mata Sosial: Transformasi Sosial dan Politik Asep Japar, dari Babeh ke Asjap hingga Bapa Dewek

Kopduddotcom

OPINI29 Dilihat

Sukabumi, – Asep Japar, yang kini menjabat sebagai Bupati Sukabumi periode 2025–2030, memiliki perjalanan sosial dan politik yang menarik. Transformasi julukan dari “Babeh” ke “Asjap,” dan akhirnya menjadi “Bapa Dewek,” mencerminkan hubungan yang dinamis antara dirinya dan masyarakat. Mata Sosial mengupas singkat perjalanan tersebut dengan pendekatan semi-jurnal, memadukan analisis sosial, politik, dan data ringan, Minggu 27 April 2025.

Julukan yang diberikan oleh masyarakat mencerminkan hubungan emosional dan penghormatan terhadap pemimpin. Dalam sebutan Asep Japar, perubahan dari “Babeh” ke “Asjap,” dan akhirnya menjadi “Bapa Dewek,” menunjukkan adaptasi masyarakat terhadap gaya kepemimpinan dan kontribusi strategisnya.

Awal Karier dan Kepemimpinan

Asep Japar memulai kariernya sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Dengan rekam jejak yang baik, seiring perjalanan akhirnya ia kemudian menjadi Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kabupaten Sukabumi. Pada posisi ini, ia membangun reputasi sebagai pemimpin yang peduli terhadap pembangunan infrastruktur.

Langkah Asep Japar ke dunia politik semakin solid ketika ia maju dalam Pilkada Kabupaten Sukabumi pada 2024. Didukung oleh Partai Golkar dan beberapa partai lainnya seperti PKB, PPP, dan PAN, ia berhasil memenangkan hati masyarakat dan resmi dilantik sebagai Bupati Sukabumi oleh Presiden Prabowo Subianto pada Februari 2025.

Transformasi Julukan: Dari “Babeh” ke “Asjap” hingga “Bapa Dewek”

Julukan “Babeh” muncul lebih dulu di awal kariernya, mencerminkan kedekatan emosional antara dirinya dan masyarakat Sukabumi. “Babeh,” yang dalam bahasa Sunda berarti “ayah,” menggambarkan sosok pelindung dan pemimpin yang dekat dengan rakyat.

Seiring waktu, julukan “Asjap”—singkatan dari Asep Japar—menjadi lebih populer. Julukan ini mencerminkan rasa kebanggaan masyarakat terhadap figur Asep sebagai pemimpin yang formal dan dikenal luas di arena politik.

Namun, setelah ia menjabat sebagai Bupati Sukabumi, julukan “Bapa Dewek” mulai digunakan secara meluas. Dalam bahasa Sunda, “Bapa Dewek” berarti “Bapak Kita Sendiri,” mencerminkan kedekatan dan rasa kepemilikan masyarakat terhadap Asep Japar sebagai pemimpin yang mereka percayai.

Kebijakan dan Respons Publik

Sebagai Bupati, Asep Japar meluncurkan mewujudkan program Sukabumi Mubarokah yang mendapat apresiasi masyarakat. Fokus utama kebijakannya diantaranya meliputi pembangunan infrastruktur, peningkatan kualitas pendidikan, dan layanan kesehatan. Program Sukabumi Mubarokah telah memberikan dampak nyata bagi harapan masyarakat.

Keberhasilan ini semakin mempererat hubungan antara Asep Japar dan masyarakat, sekaligus memperkuat simbolisme julukan “Bapa Dewek.”

Analisis Sosial

Transformasi julukan ini tidak hanya bersifat linguistik tetapi juga sosial. “Babeh” menggambarkan kehangatan dan kasih sayang; “Asjap” mencerminkan pengakuan formal; dan “Bapa Dewek” mengandung makna kedekatan emosional yang mendalam. Ini menunjukkan kemampuan Asep Japar untuk menjangkau berbagai dimensi hubungan antara pemimpin dan rakyat.

Kesimpulan

Perjalanan transformasi Asep Japar dari “Babeh” ke “Asjap,” dan akhirnya “Bapa Dewek,” menjadi contoh nyata bagaimana seorang pemimpin dapat membangun hubungan emosional yang kuat dengan masyarakat melalui kebijakan strategis dan gaya kepemimpinan yang humanis. Julukan ini mencerminkan apresiasi masyarakat terhadap dedikasi dan kontribusinya dalam mewukudkan Sukabumi Mubarokah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *