Dari Kandang Domba Menuju Mubarokah: Etin Disambangi Bupati Sukabumi Asep Japar

Kopduddotkom

Berita16 Dilihat

Sukabumi, 27 Agustus 2025 — Di balik hijaunya perbukitan Simpenan, tersimpan kisah yang mengguncang nurani. Etin (25), seorang perempuan muda dari Kampung Babakan Astana, Desa Loji, telah menjalani empat tahun hidupnya di tempat yang tak layak disebut rumah: sebuah kandang domba sederhana, hanya beberapa langkah dari rumah ibunya, Ibah (45).

Kisah Etin mencuat ke publik setelah fotonya tersebar di media sosial. Wajahnya yang teduh, berdiri di depan kandang berlantai tanah, menjadi simbol kesunyian yang selama ini tak terdengar. Dan hari ini, langkah kecil Etin menuju perubahan dimulai.

Jalan setapak menuju kediamannya mendadak dipenuhi warga. Di tengah kerumunan, tampak sosok Bupati Sukabumi, Asep Japar—akrab disapa Asjap—menapaki jalur berbatu dengan rombongan kecil. Ia tidak datang membawa protokol, tapi membawa niat tulus: menyaksikan langsung kenyataan yang selama ini hanya ia dengar dari laporan.

Setibanya di lokasi, Asjap tak banyak bicara. Ia langsung menuju kandang domba yang selama ini menjadi tempat Etin beristirahat. Pandangannya menyapu ruang sempit itu, lalu ia menoleh kepada Etin dan berkata tegas namun lembut:

“Jangan lagi tidur di sini, bahaya untuk kesehatan. Nanti kita bangunkan rumah yang lebih layak.”

Ucapan itu seketika meruntuhkan sekat antara pemimpin dan rakyat. Etin, yang semula gugup, akhirnya memberanikan diri menceritakan kesulitan hidupnya. Di sampingnya, sang ibu menahan haru. Mereka tak menyangka, hari ini, suara mereka benar-benar didengar.

Tak hanya janji, Asjap juga membawa bukti kepedulian. Ia menyerahkan langsung dokumen kependudukan milik Etin yang baru rampung: KTP dan KK. Sambil menyerahkan, ia berkata:

“Ini KTP dan KK sudah jadi, harus dijaga. Kalau sakit, bisa langsung berobat ke puskesmas atau rumah sakit, gratis. Tapi harus tetap menjaga kesehatan.”

Bagi Etin, dua lembar dokumen itu bukan sekadar identitas. Itu adalah kunci menuju layanan kesehatan, bantuan sosial, dan pengakuan sebagai warga yang berhak hidup layak.

Gerakan cepat pun terjadi. Relawan dan warga sekitar langsung bahu-membahu menyiapkan lahan untuk membangun rumah semi permanen. Mereka tak ingin Etin dan ibunya melewati malam lagi di kandang yang pengap dan lembab.

Pemerintah Kabupaten Sukabumi memastikan bahwa pembangunan rumah layak akan dimulai awal September 2025. Asjap menegaskan:

“Kita ingin Etin segera punya tempat tinggal yang lebih manusiawi.”

Kini, di tengah aroma rumput dan sisa bau kandang, harapan mulai tumbuh. Etin tak lagi hanya menjadi cerita pilu di media sosial. Ia menjadi simbol bahwa kepedulian bisa mengubah nasib, bahwa pemimpin bisa hadir bukan hanya di atas panggung, tapi di tengah debu kehidupan rakyatnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *