Falsafah Jawa Kuno dalam Perspektif Al-Qur’an Versi Mata Sosial

Kopdud

OPINI58 Dilihat

Falsafah Jawa kuno, dikenal dengan kebijaksanaan lokal yang diwariskan secara turun-temurun, menyimpan nilai-nilai luhur yang berkaitan erat dengan ajaran-ajaran yang terdapat dalam Al-Qur’an. Meskipun berasal dari latar belakang budaya dan kepercayaan yang berbeda, ada beberapa kesamaan inti yang dapat dijadikan jembatan pemahaman antara keduanya.

  1. Tata Krama dan Kesopanan (Adab dan Akhlak)

Falsafah Jawa sangat menekankan pentingnya tata krama dan kesopanan dalam kehidupan sehari-hari, yang dikenal dengan istilah “unggah-ungguh.” Hal ini sangat sejalan dengan ajaran Al-Qur’an yang menekankan pentingnya adab dan akhlak dalam berinteraksi dengan sesama manusia. Dalam Al-Qur’an, adab dan akhlak yang baik dijelaskan sebagai sifat-sifat orang beriman yang harus dijaga.

“Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik.” (QS. Al-Furqan: 63)

  1. Gotong Royong (Kerja Sama dan Solidaritas)

Gotong royong adalah salah satu aspek penting dalam budaya Jawa. Semangat kerja sama dan solidaritas ini juga tercermin dalam ajaran Islam yang menekankan pentingnya tolong-menolong dalam kebaikan.

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (QS. Al-Maidah: 2)

  1. Keteguhan Hati (Sabar dan Tawakal)

Keteguhan hati, atau dalam bahasa Jawa disebut “tepa selira,” mengajarkan pentingnya kesabaran dan ketabahan dalam menghadapi cobaan hidup. Dalam Islam, sabar dan tawakal kepada Allah adalah nilai-nilai yang sangat dijunjung tinggi.

“Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.” (QS. Al-Baqarah: 45)

  1. Kejujuran (Satya dan Amanah)

Falsafah Jawa menekankan pentingnya kejujuran, yang dalam bahasa Jawa disebut “satya.” Nilai ini juga sangat dijunjung tinggi dalam Al-Qur’an, yang menekankan pentingnya bersikap jujur dan amanah dalam setiap aspek kehidupan.

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar.” (QS. Al-Ahzab: 70)

Melalui kesamaan nilai-nilai ini, kita dapat melihat bahwa kebijaksanaan lokal Jawa dan ajaran Al-Qur’an sama-sama mendorong manusia untuk hidup dalam harmoni, saling menghormati, dan menjalani hidup dengan nilai-nilai yang luhur. Semoga artikel ini memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana falsafah Jawa dan ajaran Al-Qur’an dapat saling melengkapi dan menginspirasi dalam kehidupan kita sehari-hari.

 

Ditulis Oleh Ruslan Raya Mata Sosial

Ciakak Sukabumi Jawa Barat Januari 2025

 

Semoga bermanfaat

Untuk Muhasabah diri saya sendiri

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *