Anggaran Terbatas, Jalan Panjang: Realita dan Rencana Perbaikan Semangat Sukabumi Mubarokah

Kopduddotkom

INFRASTRUKTUR14 Dilihat

Kopdud.com, Sukabumi.- Di tengah semangat Sukabumi Mubarokah—sebuah visi besar tentang daerah yang maju, unggul, berbudaya, dan penuh berkah—pembangunan infrastruktur bukan sekadar urusan teknis. Ia adalah cerminan dari komitmen pemerintah daerah dalam menghadirkan pelayanan publik yang adil dan menyentuh kehidupan nyata masyarakat. Namun, jalan menuju kemajuan itu masih penuh tantangan.

39,02% Jalan Rusak: Pekerjaan Besar Menanti

Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Sukabumi, Dede Rukaya, mengungkapkan bahwa dari total 1.424 kilometer jalan kabupaten, baru sekitar 60,58% yang berada dalam kondisi baik dan sedang. Sisanya, 39,02% masuk kategori rusak berat dan rusak.

“Rusak berat dan rusak (39,02 persen). Ini yang menjadi permasalahan kita. Angka kita adalah yang terendah di Jawa Barat untuk kondisi kemantapan jalan dibandingkan dengan Kota Sukabumi, Kabupaten Bogor, jauh lebih tinggi mereka,”  ujar Dede, Selasa (22/7/2025).

Wilayah-wilayah yang paling terdampak meliputi Jampangtengah, Sagaranten, Jampangkulon, Palabuhanratu, Cicurug, dan Cibadak—daerah yang menjadi urat nadi mobilitas warga dan aktivitas ekonomi lokal.

“Untuk perbaikan jalan, saya sudah hitung di angka 555,65 kilometer (panjang jalan rusak). Itu per kilometernya lebih banyak metode rigid atau beton yang diperlukan untuk meningkatkan kemantapan. Jadi hitung-hitungan kita kalau jalan dibeton saja, penanganan per kilometer sebesar Rp 4 miliar, tinggal dikalikan saja,” ungkapnya.

Rp 2,2 Triliun untuk Perbaikan: Hitungan yang Tak Main-main

Dede menjelaskan bahwa untuk memperbaiki 555,65 kilometer jalan rusak, dibutuhkan anggaran sekitar Rp 2,222 triliun dalam lima tahun, atau Rp 550 miliar per tahun. Metode beton (rigid) menjadi pilihan utama demi meningkatkan kemantapan jalan.

“Penyelesaian per tahun sebesar Rp 444,52 miliar. Jadi kebutuhan per tahun Rp 444,52, ditambah Rp 100 miliar, dibulatkan jadi Rp 550 miliar per tahun,”  jelasnya.

Target perbaikan dibagi rata sekitar 150 kilometer per tahun. Namun, tantangan terbesar bukan hanya soal teknis, melainkan soal anggaran.

“Paling tidak kita sekarang perlu mempertahankan kondisi jalan yang ada saja. Yang kondisinya sekarang baik atau sedang, kita pelihara. Itu kita di anggaran sekarang tidak lebih dari 10 persen,”  ungkapnya.

Pemeliharaan Rutin: Kunci Umur Jalan yang Panjang

Dede juga menekankan pentingnya pemeliharaan rutin agar umur jalan bisa mencapai 10 tahun. Ia menyebut bahwa metode hotmix atau fleksibel sering kali tidak bertahan lama jika tidak dirawat secara berkala.

“Kalau dengan metode fleksibel atau hotmix, rata-rata keekonomian umur jalannya tidak tercapai. Jalan kan harusnya 10 tahun. Kalau dipelihara setiap tahun, bakal bagus. Kalau jalan misal satu tahun dibangun, tahun kesatu dibiarkan, tahun kedua akan lebih buruk. Jadi kerusakan semakin meningkat di tahun-tahun berikutnya. Artinya jalan memerlukan pemeliharaan rutin,” terangnya.

Namun, kenyataan di tahun 2025 cukup pahit. Anggaran yang tersedia untuk seluruh kegiatan jalan—rekonstruksi, pemeliharaan, dan rehabilitasi—hanya sekitar Rp 100 miliar.

“Tahun ini untuk jalan saja kita hanya di kisaran Rp 100 miliar. Itu untuk semuanya, rekonstruksi, pemeliharaan, ada rehab. Jadi semuanya di 2025, karena di tahun ini kita mengalami tsunami anggaran, pemotongan anggaran yang besar,”” kata Dede.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *