Jalan Menuju Sukabumi Mubarokah: Tantangan dan Harapan Infrastruktur Kabupaten Terluas Kedua di Jawa

Kopduddotkom

INFRASTRUKTUR37 Dilihat

Kopdud.com, Sukabumi,- Di tengah semangat Sukabumi Mubarokah yang terus digelorakan—sebuah visi tentang kemajuan yang berakar pada budaya, keberkahan, dan keunggulan lokal—terhampar tantangan besar yang tak bisa diabaikan: infrastruktur jalan. Kabupaten Sukabumi, dengan luas wilayah yang menduduki peringkat kedua di Pulau Jawa, memikul beban berat dalam menjaga konektivitas dan mobilitas warganya.

1.424 Kilometer Jalan, 229 Ruas, dan Beban yang Tak Ringan

Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Sukabumi, Dede Rukaya, mengungkapkan bahwa panjang jalan kabupaten mencapai 1.424 kilometer, terbagi dalam 229 ruas. Namun, banyak dari jalan tersebut merupakan bekas jalan desa yang dialihkan statusnya tanpa melalui kajian teknis yang memadai.

“Dulu kita melaksanakan pengalihan status jalan desa menjadi jalan kabupaten itu tanpa syarat, artinya kondisi apapun jalan yang ada kita tetapkan di jalan kabupaten,” ujarnya, Selasa (22/07/2025).

Kebijakan masa lalu ini kini menjadi beban berat, karena jalan-jalan tersebut tidak dirancang untuk menanggung beban kendaraan berat atau volume lalu lintas tinggi.

“Ini yang menjadi beban kabupaten, kita berbagi untuk penyediaan infrastruktur yang baik, barangkali memakan biaya yang besar,” lanjutnya.

Bencana Alam dan Beban Tonase: Dua Musuh Infrastruktur

Tak hanya soal administrasi, kondisi fisik jalan juga diperparah oleh bencana alam yang kerap melanda Sukabumi. Di sisi lain, banyak ruas jalan kabupaten yang digunakan sebagai jalur antarwilayah, dengan tonase kendaraan jauh melebihi kapasitas ideal.

Contohnya, ruas Pangleseran–Cibatu di Kecamatan Cikembar, yang menurut Dede layak dialihkan ke pengelolaan provinsi.

“Itu sebenarnya jalan kabupaten tapi digunakan untuk lintas daerah. Kepadatannya termasuk tonase jalannya sama dengan jalan provinsi atau nasional,” jelasnya.

Dengan kapasitas ideal hanya 8 ton, jalan tersebut kini dilintasi kendaraan berbobot 20 hingga 30 ton setiap hari.

Usulan Pelimpahan dan Standar Ideal Jalan Kabupaten

Dinas PU telah berkoordinasi dengan Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Barat untuk mengusulkan pelimpahan beberapa ruas jalan. Selain Pangleseran–Cibatu, ada juga Bojonglopang–Cimerang yang menghubungkan Kecamatan Jampangtengah dan Purabaya, serta jalan alternatif di Nagrak dan Cicurug.

Namun, pelimpahan ini tak semudah membalik telapak tangan. Jalan alternatif harus memenuhi lebar minimal 5,5 hingga 6 meter sesuai standar teknis.

“Syarat jalan alternatif itu kan lebih lebar jalannya, jadi harus memenuhi unsur teknis. Jalan provinsi itu di 5,5 atau 6 meter. Jadi harus lebih lebar. Kalau tidak memenuhi syarat, mungkin tidak akan bisa diajukan,” tuturnya.

Idealnya, jalan kabupaten memiliki lebar total 8 meter, terdiri dari badan jalan 3 meter, bahu jalan 1 meter di tiap sisi, drainase, dan ruang milik jalan.

“Lebarnya jalan kabupaten itu seharusnya 5,5 meter dengan nanti badan jalan 3 meter, bahunya 1 meter kiri kanan, kemudian ada drainase dan ada ruang milik jalan,” jelas Dede.

Rp 2,2 Triliun untuk Perbaikan: Harapan di Tengah Keterbatasan

Dari total panjang jalan kabupaten, hanya 60,58% yang kondisinya baik atau sedang. Sisanya, 39,02% dalam kondisi rusak berat, terutama di wilayah Jampangtengah, Sagaranten, Jampangkulon, Palabuhanratu, Cicurug, dan Cibadak.

“Rusak berat dan rusak (39,02 persen). Ini yang menjadi permasalahan kita. Angka kita adalah yang terendah di Jawa Barat untuk kondisi kemantapan jalan,” ungkapnya.

Untuk memperbaiki 555,65 km jalan rusak, dibutuhkan anggaran sekitar Rp 2,2 triliun dalam lima tahun, atau Rp 550 miliar per tahun. Metode beton (rigid) menjadi pilihan utama.

“Penanganan per kilometer sebesar Rp 4 miliar, tinggal dikalikan saja,” jelasnya.

Namun, kenyataan anggaran tahun 2025 sangat terbatas. Hanya sekitar Rp 100 miliar tersedia untuk seluruh kegiatan jalan, akibat pemangkasan anggaran besar-besaran.

“Tahun ini untuk jalan saja kita hanya di kisaran Rp 100 miliar. Itu untuk semuanya, rekonstruksi, pemeliharaan, ada rehab. Karena di tahun ini kita mengalami tsunami anggaran,” tandasnya.

Di balik angka dan tantangan teknis, tersimpan harapan besar: bahwa Sukabumi bisa terus melangkah maju, unggul, berbudaya, dan diberkahi. Jalan bukan sekadar aspal dan beton, tapi simbol konektivitas, kemajuan, dan pelayanan publik yang adil. Semoga semangat Sukabumi Mubarokah menjadi bahan bakar utama dalam menempuh jalan panjang pembangunan ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *